PAIAN TUA PAKPAHAN
KLO MAU YANG LAINNYA LIAT AJA DI "ARSIP BLOG

Minggu, 17 Oktober 2010

ASKEP OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL: OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS
disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB III








Oleh
KELAS BEATA TERESA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS BANDUNG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN  BANDUNG
2010







BAB II
TINJAUAN TEORITIS
           
I.       Anatomi Fisiologi System Musculoskeletal
Diantara karakteristik yang membedakan manuasia dengan makhluk lain ialah kemampuan mempertahankan postur tubuhnya bias tegak dan bergerak yang diatur oleh system musculoskeletal. System musculoskeletal terdiri dari tulang, otot, tulang, rawan (kartilago), ligament, tendon, facia, bursae, dan persendian.
A. Anatomi dan Fisiolofi Tulang
1. Anatomi  Tulang
Tulang terdiri dari intra sel, baik berupa sel yang hidup maupun sel yang tidak hidup. Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio hialin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi  tulang, proses ini oleh sel-sel yang disebut osteoblas. Kualitas kerasnya tulang merupakan hasil deposit kalsium.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam macam yaitu; (lihat Gambar 1.1)
a.     Tulang panjang (long bone),
Misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas atas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis.
b.     Tulang pendek (short bone), misalnya tulang-tulang karpal.
c.     Tulang pipih (falt bone), misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan pelvis.
d.    Tulang tak beraturan (irregular bone), misalnya tulang vertebra.
e.     Tulang sesamoid, misalnya tulang patella.
f.     Tulang sutura (sutural bone), ada di atap tengkorak.
Gambar 1.1 Klasifikasi bentuk-bentuk tulang
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang diebut korteks dan bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum (Gambar 1.2). perosteum pada anak lebih tebal dari pada orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.

          
Gambar 1.2 Endosteum dan Periosteum              Gambar 1.3 Struktur Tulang Panjang
           
2. Histology Tulang
Berdasarkan histologinya, pertumbuhan tulang terbagi menjadi 2 jenis:
a)     Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone), terbentuk pada perkembangan embrional dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen,
b)    Tulang matur (mature bone, lamellar bone), ada dua jenis, yaitu tulang kortikal (kortikal bone, dense bone, compact bone) dan tulang trabekular (cancellous bone, trabecular bone, spongiosa).

Secara histologis, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel, jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Diafisis atau batang merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga di bagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam dari tulang panjang, tetapi kemudian diganti oleh sumsum tulang kuning sejalan dengan semakin dewasanya anak tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas hemaptopoietik menjadi terbatas hanya pada sternum dan Krista iliaka walaupun tulang yang lain masih berpotensi aktif lagi bila diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat pada diafisis tulang orang dewasa terutama terdiri atas-sel-sel lemak.
Gambar 1.4 Anatomi Tulang dan Pertumbuhan Tulang normal.

Histoligi yang spesifik dari lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan ini merupakan factor yang penting untuk memahami cedera pada anak (gambar 1.4).  Lapisan sel paling atas letaknya dekat epifis disebut sel istirahat. Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi. Pada zona ini terjadi pembelahan aktif sel dan disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong kearah batang tulang, ke dalam daerah hipertrofi, tempat sel-sel ini membengkak, menjadi lemah, dan secara metabolic menjadi tidak aktif. Didalam daerah kalsifikasi provisional inilah sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal. Bila daerah proliferasi mengalami kerusakan, peertumbuhan dapat terhenti karena retardasi pertumbuhan longitudinal anggota gerak tersebut atau terjadi deformitas progresif bila hanya sebagai lempengan tulang yang mengalami kerusakan berat.

3. Fisiologi Sel Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas (lihat gambar 1.2)
a) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkai akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastsis kanker tulang.
b) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c) Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorbsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan daripada absorbsi tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan mencegah terjadi patah tulang.Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat.
Gambar 1.5 Anatomi Tulang dan Pertumbuhan Tulang normal.

B. Anatomi sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsula sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Ada tiga tipe  sendi sebagai berikut.
1. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang lainnyya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Salah satu contohnya sutura pada tulang-tulang tengkorak. Contoh yang ke dua disebut sindesmosis yang teridi dari suatu membrane interoseus atau suatu ligament di antara tulang. Serat-serat ini memungkinkan sedikit gerakan, tetapi bukan gerakan sejati. Perletakan tulang tibia dan fibula bgian distal adalah contoh tipe sendi fibrosa.
2. Sendi kartilaginosa (amfiartriodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Tipe sendi kartilaginosa terdiri dari.

Kotak 1.1 Dua tipe sendi kartilaginosa.
1.         Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang diliputi tulang rawan hialin. Sendi-sendi kostokondral adalah contoh sindrokordosis.
2.         Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memilki hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya.
3.         Sendi sinovial (siartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakan degan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi tulang rawan  hialin. (gambar 1.7)

Gambar 1.7. Struktur sendi normal. A , diagram sederhana sendi. B, potongan sederhana dari sendi lutut
C. Otot
Pembentukan dari sinsitium serat otot dengan system protein kontraktil yang kompleks melibatkan suatu seri intraksi seluler dan proses biosintesa yang unik pada jaringan ini. Otot skelet berasal dari mesoderm primitive dan pada minggu ketiga kehamilan segimen akan terbentuk. Miotuba pertama dapat dikenali pada sekitar minggu kelima. Ditemukannya kontak saraf pada serat otot yagn berkembang ini merupakan stadium kritis dalam perkembangan otot. Cabang syaraf bercabang kembali diantara otot yang berkembang selama minggu ke sebelas dari kehidupan intra uterus.
Pertumbuhan otot skelet timbul sebagai akibat peningkatan jumlah serta otot dan sebagai akibat meningkatnya ukuran masing-masing serat otot pertambahan jumlah terbesar terjadi pada akhir masa awal fetal, awal masa neonatus dan masa pasca natal tampaknya berhubungan dengan kebutuhan fungsional.
Terdapat tiga varetas jaringan: Otot serat lintang (Volunter), Otot polos (Involunter) dan otot jantung.

D. Cartilago
            Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat tetapi flaksibel tidak memiliki vaskuler. Nutrisi mencapai kartilago melalui proses difusi gel/  perkat dari kapiler yang berkata pada perichondrium (serabut yang membentuk kartilago) melalui cairan sinovial.

E. Ligament (Simpay)
Ligament adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Ligament pada daerah tertentu melengket kepada jaringan lunak untuk mempertahankan struktur.

F. Tendon
Tendon adalah jaringan fibrosa yang padat yang merupakan ujung dari otot dan menempel pada tulang. Tendon merupakan akstensi dari selaput fibrosa yang membungkus otot dan bersambung dengan priostium. Selaput tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu, terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung imi bersambung dengan membrane synovia yang menjamin pelumasan sehingga mudah bergerak.
G. Fascia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit, sebagai fascia super ficial atau sebagai pebungkus tebal jaringan penyambung fibrous  yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah yang demikian disebut fascia dalam.

H. Bursae
Bursae adalah kantung kecil dari jaringan ikat disuatu tempat dimana digunakan diatas  bagian yang bergerak. Burase dibatasi oleh membrane synovial dan mengandung cairan synovial.
Bursae adalah bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti pada elekranon bursae, terletak diantara processus elekranon dan kulit.






















OSTEOMIELITIS

Pengertian
Ø  Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi yang terjadi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap  inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati atau involukrum(suratun. 2008)
Ø  Osteomielitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang
Ø  Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit disembuhkan bila dibanding jaringan lunak karena terbatasnya jaringan asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum(Smeltzer, 2002)
Ø  Kesimpulan osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang disebabkan oleh antara lain staphylococcus aureus.(kelomok 5)

Etiologi          
Ø  Staphylococcus aureus, meruakan penyebab 70-80% osteomielitis.
Ø  Proteus
Ø  Pseudomonas
Ø  Escherichia coli
Ø  penyebaran hematogen
Ø  salmonella
Ø  nfeksi (misl: tonsil yang terinfeksi,gigi terinfeksi, infeksi saluran napas atas)

Infeksi dapat terjadi melalui;
Ø  Penyebaran hematogen dari fokus infeksi ditempat lain: tonsil yang terinfeksi, infeksi gigi, infeksi saluran napas bagian atas.
Ø  Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler.
Ø  Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cidera traumatik (luka tembak, pembedahan tulang).



Klasifikasi:
Ø  Osteomielitis primer
Ø  ostemielitis primer penyebaranya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
Ø  Osteomielitis sekunder(osteomielitis perkontinuitatum)
Ø  terjadi akibat penyebaran kuman dari srkitarnya akibat dari bisul, luka fraktur, dan sebagainya.

PATOFISIOLOGI
            Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi pada tiga bulan pertama        (akut fulminan – stadium 1) yang sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial infeksi lambat terjadi antara 4-24 bulan setelah pembedahan (stadium 2) dan osteomielitis yang terjadi dalam waktu lama terjadi 24 bulan atau lebih setelah pembedahan ( stadium 3)
            Respon awal dari infeksi adalah inflamasi, peningkatan vaskularisasi,dan edema. Dua atau tiga hari setelah pembedahan, dapat terjadi trombosis pada pembulu darah tersebut , yang mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang berhubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang kekavitas medularis dan kebawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi sekitar. Bila proses infeksi dapat dikontrol lebih awal, pembentukan abses tulang dapat  dicegah.
            Biasanya abses dapat keluar secara spontan, namun lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya membentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Selain itu rongga juga tidak dapat mengempis dan sembuh sepertinya terjadi pada jaringan lunak tetapi yang terjadi adalah pertumbuhan tulang baru (involukrum) yang mengelilingi sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup klien, dan ini dinamakan osteomielitis tipe kronik.







Pencegahan osteomielitis:
Ø  Penangan infeksi lokal dapat menurunkanangka penyebaran hematogen.
Ø  Penanganan infeksi jariingan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
Ø  Lingkungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden osteomielitis.
Ø  Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
Ø  Tehnik perawatan luka pasca operasi aseptik.

Gambar 2. Perubahan patofisiologis pada osteomyelitis yang disebabkan oleh infeksi daerah sekitar.

















PATOFLOW
e/ Mikroorganisme pathogen/ trauma
 

invasi jaringan lunak dan tulang
 

reaksi inflamasi           demam, kemerahan                 MK: hipertermi
terjadi    vaskularisasi

edema             Nyeri               MK: gangguan rasa nyaman nyeri
(terjadi penekanan edema)
 

            Menurunya aliran darah
 

iskemik
 

Nekrosis jaringan tulang


Pembentukan involukrum                   Pembentukan squestrum dan pus


MK: Resti penyebrab infeksi
Terbentuk abses pada tulang
 

Abses sub periosteal
 

Drainase pus


Vaskularisasi baik                   vaskularisasi kurang baik
 

                                                                        Kematian jaringan
Pembentukan jaringan baru    
                                                            lumpuh/ amputasi
            Sembuh
                                                                        MK: potensial cidera, cemas
                                                                        Perubahan konsep diri

Gambar 1. Perbandingan antara tulang sehat dan tulang yang terinfeksi

Gambar 3. Osteomyelitis pada pria berusia 84 tahun, foto CT Scantampak sagital (a) dan axial (b) memperlihatkan fraktur pada tulang metatarsal dan sesamoid. Selain itu terdapat reaksi periosteal dan erosi pada caput metatarsal yang mengindikasikan adanya osteomyelitis.








Manifestasi klinis:
Ø  Jika infeksi hematogen, pasien demam tinggi pasien mengigil , denyut nadi cepat, dan rmalaise umum.
Ø  Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum kekorteks tulang, akan mengenai periostenum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan.
Ø  Jika infeksi terjadi akibat pemyebaran infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak dapat gejala ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu daerah infeksi membengkak, hengat, nyeri, dan nyeri tekan.
Ø  Osteomelitis kronis ditandai oleh pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.

KOMPLIKASI
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a. Abses Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur Patologis
d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

Pemeriksaan diaknostik:
1. Pada awalnya, pemeriksaan sinar X menunjukan pembenkakan jaringan lunak. Sekitar 2 minggu terdapat daerah ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum dan embentukan tulang baru.
2. Pemindaian untuk mengindentifikasi area infeksi.
3. MRI dapat membantu diagnostik definiti awal.
4. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leokosit dan  peningkatan laju endap darah.
5. Kultur darah dan abses diperlukan untuk menentukanjenis antibiotik yang sesuai.
Pemeriksaan penunjang
1.      Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
2.      Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan Kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3.      Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
4.      Pemeriksaan Biopsi tulang.
5.      Pemeriksaan ultrasound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6.      Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

Penatalaksanaan terhadap osteomielitis:
a) Intervensi non operatif
1. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
2. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit  beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah.
3. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.
4. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena, jika infeksi tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.
5. Pembedahan dilakukan jika tidak menunjukan respon terhadap antibiotik.
6. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologi steril 7-8 hari pada jaringan purulen dan jaringan nekrotik diangkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.
b) Intervensi operatif
1. Sequestrektomi
Karena tulang tidak bias mengalami penyembuhan pada keadaan terdapat nya jarinngan necrotic,sequestra dibuang melalui melalui debridement pada tulang yang mengalami infeksi sehingga terjadi revaskularisasi pada jaringan tulang.

2. Bone grafts
Terdapat tiga fase yang dilakukan pembedahan, mengeksisi tulang yang mengalami nekrotik, memasang tulang grafts tulang dan menutupi kulit tulang yang sering diambil oleh dokter  adalah tulang ileum posterior dari klien sendiri, tulang diletakan pada tempat yang telah dibuat dan dilakukan balutan dilakukan dalam ruangan operasi dibawah kondisi yang steril, perawatan luka setiap harinya dilakukan hingga sekitar 2 minggu sambil grafts yang dipasang stabil.
3. Bone segment transfer
Pada umumnya transfer tulang dilakukan pada gangguan skeletal yang meluas umumnya tempat donor difibula dan iliaka. Grafts tulang ini dapat mengenai oto atau kulit.
4.   Amputasi
Bila prosedur pembedahan tidak berhasil atau kurang akurat maka tindakan amputasi adalah pilihan terakhir. Konsekuensi bagi perawatan sebagai komplek s tetapi yang paling sering adalh memunculkan masalah konsep diri klien terutama body imagenya.


ASUHAN KEPERAWATAN
a.       Pengkajian
      Pasien dengan gejala akut dapat mengalami nyeri lokal, pembengkakan eritema, dan demam. Gejala kekambuhan meliuti keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Kaji adanya faktor risiko yang mencsngkup lansia diabetes dalam terapi kortikosteroid  jangka panjang, cidera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar jika diberi tekanan didaerah yang sakit dan melakukan gerakan perlindungan. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat, dan nyeri tekan cairan purulean dapat terlihat dan peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis, kronik peningkatan suhunya minimal yang terjadi pada sore dan malam
b.      Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bias juga terjadi eriteme atau kemerahan dan panas efek sistemik menunjukan adany demam biasanya diatas 380C,takikardi, irritable, lemah ,bengkak, maupun eritema.



c.       Pasien sering kali merasa ketakutan, kawatir infeksinya tidak dapat sembuh takut
diamputasi, biasanya pasien dirawat lama dirumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan –perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan aatu sekolah. Klien bias merasa terisolir dari yang lain dan terjadi perubahan konsep diri.
d.      Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukan adanya lekositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogenous secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Elain itu dapat pula dengan biopsy tulang atau MRI.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian data , diagnosis keperawatan yang timbul meliputi:
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan beban berat badan.
3. Risiko penyebaran infeksi : pembentukan abses tulang.
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.

Diagnosa keperawatan
Tujuan keperawatn
Intervensi keperawatan
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Nyeri dapat teratasi
u Kaji tingkat dan intervensi nyeri
u lakukan imobilisasi dengan bidai untuk mengurangi dan spasme otot.
u Tinggikan ekstermitas yang nyeri hal tersebut dapat mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi.
u Pantau status neurovaskuler ekstermitas yang terkena.
u Ajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi persepsi nyeri.
u Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai program terapi.
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan beban berat badan..
Dapat melakukan mobilitas fisik
u Lakukan imobilisasi dengan mengunakan bidai karena tulang lemah akibat proses infeksi.
u Jelaskan mengunakan alat bantu jika akan melakukan aktivitas untuk menghindari stres pada tulang akibat tumpuan beban berat badan.
u Jelaskan pada pasie pentingnya pembatasan aktivitas
u anjurkan partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
Resiko penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang.
Tidak terjadi penyebaran infeksi.
u Pantau respon terhadap terapi antibiotik
u observasi tempat pemasangan infus
u pantau tanda vital, peningatan suhu merupakan indikator terjadinya penyebaran infeksi.
u Pantau adanya tanda-tanda penyebaran infeksi.
u Pantau nutrisi diet protein seimbang, vitamin C, dan vitamin D untuk menyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang penyembuhan.
u Pantau hasil peperiksaan leukosit dan laju endap darah (LED)serta biakan darah.

Kurang pengetahuan mengenaiprogram pengobatan
Pengetahuan pasein meningkat.
u Jelaskan tentang penyakitnya
u jelaskan pada pasein dan keluargar tentang program pengobatan yang diberikan.
u Jelaskan pentingnya diet protein seimbang serta vitamin C dan D.
u lingkungan rumah harus kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan terapeutik
u jelaskan pentingnya imobilisasi dan cara pengunaan alat bantu
u Ajarkan cara perawatan luka steril dan tehnik kompres hangat.
u Pasien diminta untuk melakukan observasi dan melaporkan jika terjadi peningkatan suhu,keluarnya pus, bau, dan bertambahnnya inflamasi.
u Jelaskan waktu untuk kontrol kembali kerumah sakit.




BURSITIS
Pengertian
Ø  Bursitis adalah peradangan pada bursae yang disertai rasa nyeri.
Ø  Bursitis adalah peradangan bursae, sedikit cairan rongga yang berbentuk kantong diantara dua jaringan lunak pada persendian.
Ø  Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial yang memudahkan pergerakan normal dari beberapa sendi dan berfungsi sebagai bantalan sendi.
Ø  Bursitis adalah peradangan bursa, yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot dengan tulang oleh sebab yang belum diketahui dengan pasti.
Ø  Jadi Bursitis adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada bursae yang disertai rasa nyeri dan tidak diketahui penyebabnya secara pasti.

persendian yang terserang adalah bahu, siku, pinggul, panggul, lutut,jari kaki, dan tumit.
Bursa bahu adalah tempat yang aling sering terserang pada beberaa keadaan, bursitis didahului oleh tendonsitis.

Etiologi:
            penyebab bursitis sering kali tidak diketahui, tetapi dapat disebabkan oleh penguna sebagian anggota tubuh yang berlebihan selama bertahun-tahun, cidera, penyakit guot, pseudogout, artristis reumatiod dan infeksi bursitis terbagi menjadi dua : yaitu bursitis akut dan kronik ang biasanya disebabkan ttrauma, terkilir, dan peregangan sendi yang berlebihan.
Penyebabnya sering kali tidak diketahui, tetapi burnitis dapa disebabkan oleh :
Ø  Cedera
Ø  Gout
Ø  Pseudogout
Ø  Arthritis rematoid
Ø  Infeksi akut dan kronik sekitar sendi misalnya karena luka tembus.
Ø  Trauma terus menerus(berulang) dan strain
Ø  Akibat kondisi arthritis

           


Yang paling mudah terkena bursitis adalah bahu, bagian tubuh lainnya yang juga terkena bursitis adalah sikut, pinggul, lutut, jari kaki, dan tumit.
Bursa yang sering terkena adalah :
§  Bursa sub akromial dan bursa deltoid pada bahu yaitu bursa yang paling penting dalam tubuh, inflamasi pada bursa ini menimbulkan perasaan nyeri akut serta pergerakan yang terbatas terutama gerakan abduksi pada sendi bahu, dan nyeri menetap pada insersi deltoid terutama pada malam hari. Sering kali sekunder akibat robeknya bungkus rotator yang terjadi tanpa di ketahui.
§  Bunion bursitis yaitu daerah pembengkakan yang mengeras pada permukaan metakarpofalangeal I. penanggulangan dengan aspirasi cairan pada bagian yang membengkak dan suntikan kortikosteroid local.
§  Bursitis Achilles yang terdapat pada perlekatan tendon Achilles dengan tulang kallaneus (retrokalkaneal bursa) dan di antara bursa tersebut dan kulit (bursa sub kutaneous). Menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut terutama pada kalkaneus posterior. Mudah untuk melakukan suntikan kortikosteroid dan xilokain pada daerah pembengkakan di sini, tetapi harus hati-hati tidak boleh ada bolus pada tendon untuk menghindari risiko rupture.
§  Heel spur bursitis. Menimbulkan rasa nyeri pada daerah tumit. Suntikan local kortikosteroid dan atau lidokain sangat membantu.
§  Anserin bursitis, sering disalah tafsirkan sebagai osteortritis karena dijumpai pada wanita tua bertubuh gemuk, yaitu berupa rasa nyeri, tegang (tender) dan kadang-kadang membengkak dan terasa panas di daerah lutut bagian medial inferior, distal garis sendi.
§  Bursitis pre patellar (house maid’s knee dengan keluhan yang khas pada lutut, yaitu rasa nyeri sewaktu berlutut, terasa kaku, bengkak dan berwarna merah pada bagian anterior lutut (patela). Penyebab yang paling sering karena lutut sering bertumpu pada lantai. Berbeda dengan sinovitis pada lutut yang menimbulkan pembengkakan di daerah belakang bagian pinggir lutut.
§  Bursitis olekranon, terdapat pada puncak siku (tip). Hal ini sering terjadi pada posisi dengan menggunakan siku atau sering jalan tiarap. Walaupun inflamasinya jelas tetapi kadang-kadang rasa nyeri hanya minimal. Juga dapat timbul pada artristis rheumatoid, gout, akibat trauma dan infeksi. Pencegahan dilakukan dengan memakai alas karet busa untuk protektif. Kalau perlu dapat diberi suntikan local kortikosteroid.
§  Bursitis kalkaneal, ada 3 bursa di sekeliling kalkanrus yang dapat mengalami inflamasi dan menimbulkan rasa sakit yaitu : Bursitis retro kalkaneal pada bagian anterior Achilles.
            Bursitis post kalkaneal pada bagian posterior Achilles 
§  Bursitis sub kalkaneal pada bagian inferior tulang kalkaneus. Bursitis yang berulang-ulang ditempat ini dapat mengakibatkan tebdnitis pada Achilles dan dapat mengakibatkan rupture tendon
§  Bursitis pada ibu jari metakarpofangeal I, kelingking dan tumit. Hal ini terutama di sebabkan ukuran sepatu yang tidak sesuai.
§  Bursitis hip (pada pinggul), ada 3 yang terpenting yaitu :
bursitis trokanter, pada inseri otot gluteus medius di trokanter femur, menimbulkan rasanyeri padabagian lateral pinggul sebelah bawah trokanter dan dapat menjalar ke bawah, ke kaki atau lutut Rasa nyeri istimewa pada malam hari dan bertamnah nyeri kalau dibengkokkan, rotasi    interna atau kalau mendapat penekanan di daerah trokanter tersebut dijumpai otot-otot menegang kaku. Dan pada foto roentgen terlihat adanya deposit kalsium. Penanggulangan dengan suntikan local lidocain 1%.
 Bursitis iliopektineal, menimbulkan rasa nyeri dan tegang di daerah lateral segi tiga skarpa (daerah segi tiga yang dibatasi oleh ligament inguinal,

Tanda dan Gejala
Gejala utama pada bursitis pada umunya berupa:
Ø  pembengkakan lokal,
Ø  panas
Ø  merah
Ø  nyeri.
Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi gejala yang khusus tergantung kepada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa di bahu meradang, maka jika penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan nyeri.





Klasifikasi:
Bursitis akut
Ø  terjadinya secara mendadak.
Ø  Jika disentuh atau digerakan akan timbul nyari didaerah yang meradang.
Ø  Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak.
Ø  Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gaut menyebabkan nyeri yang luar biasa dan daerah yang terkena tampah kemerahan dan teraba hangat.
Bursitis akut terjadi secara mendadak.Jika disentuh atau digerakkan, akan timbul nyeri di daerah yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak. Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout menyebabkan nyeri luar biasa dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan teraba hangat.

Bursitis kronik
Ø  Merupakan akibat dari seranganbursitis akut sebelumna atau cidera yang berulang.
Ø  Pada akhirnya dinding bursa akan menebal dan didalamnya terkumpul endaan kalsium adat yang meneruai kapur.
Ø  Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tambahan .
Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera yang berulang. Pada akhirya, dinding bursa akan menebak dan di dalamnya terkumpul endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tanbah. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi pregerakan, sehingga otot mengalami penciutan (atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.

PATOFISIOLOGI
            Garis sinovial dari pundi bursa meradang, akibat nya cairan sinovial diproduksi lebih banyak, sehingga bursa membengkak. Kadang-kadang terkumpul sisa kalsium. Pembengkakan disertai nyeri dan terbatasnya gerakan seni  atau ekstermitas.
Adapun nyeri yang sering terkena atau bursitis yang sering terjadi adalah:
1) Sendi bahu ( yang paling sering terserang) yaitu bursa subdeltoid dan subkromial ang menimbulkan rasa nyari akut serta argarakan yang terbatas pada sendi bahu.
2) Sendi Achilles, yaitu adanya erlekatan tendon Achilles dengan tulang kalkaneus terutama pada kalkaneus posterior.keadaan tersebut dinamakan bursitis archilles.
3) Tuamit, yang disebut Heal Spur Bursitis ang menimbulkan nyeri ada tumit.
4) Bursitis prepatelar dengan gejala nyeri sewaktu berlutut dan rasa kaku, bengkak, dan kemerahan pada bagian anterior lutut. Keadaan ini biasanya terjadi bila sering berlutut.
5) Bursitis olec ranon yang terjadi pada puncak siku
6) Bursitis pada panggul
7) Bursitis pada pergelangan kaki.
  

Manifestasi klinis:
Tanda dan gejala bursitis dapat dibedakan kedalam kondisi akut dan kronik:
1)      Bursitis akut
Ø  Nyeri hebat dan dapat menyebar pada sekitar sendi/ bursa yang terinfeksi
Ø  Teraba lunak pada area terinfeksi
Ø  Lingkup gerak sendi (ROM) terbatas
2)      Bursitis kronis
Ø  Nyeri terjadi pada saat pergerakan ekstermitas
Ø  Kulit berwarna kemerahan dan panas
Ø  Terjadi pembengkakan dan teraba lunak.

            Tanda dan gejala bursitis menurut long( 1996), adalah  rasa nyeri yang dalam pada daerah bursa, nyeri bila digerakkan, nyeri terasa bila sendi yang terserang di gerakan dan keterbatasan gerakan aktif dan pasif. Demikian pula pendapat smeltzer (2002), manifestasi klinis bursitis berupa nyeri dalam bahu, dan nyeri pada gerakan rotasi lengan.
            Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan  tetapi gejalanya yang khusus bergantung pada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa dibahu di bahu meradang maka saat penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan nyeri.
            Hampir semua kasus bursitis subakromial didahului oleh tendonitis dan tenosinovitis rotator cuff , tendon biseps, dan pembungkusnya atau suat proses inflamasi pada tulang atau sendi, penyebaran inflamasi kebursa merupakan peristiwa sekunder.

Komplikasi
Ø  Terjadinya Bursitis kronis
Ø  Terlalu banyak suntikan steroid selama waktu singkat dapat menyebabkan cedera pada tendon sekitarnya.

Tes diognostik:
Ø  Laboratorium: leukosit meningkat
Ø  X-Ray : untuk mengetahui lasnya sendi yang terserang.

Penatalaksanaan:
Ø  Berikan kompres dingin dengan fase akut, untuk menekan rasa tidak nyaman dan nyeri.
Ø  Hindarkan dari panas, karena dapat meningkatkan produk cairan pada bursa saat fase peradangan.
Ø  Berikan obat-obat antiradang sesuai indikasi.
Ø  Adrenokortikosteroid dapat disuntikan kedalam bursa sesuai indikasi
Ø  Pembedahan dapat dilakukan bila ada indikasi ( massa kalsium)

            Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan sendi bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya  jangka sendi. Bursitis dapat kambuh jika penyebabnya tidak diatasi.





B. Konsep Keperawatan
I. Pengkajian
1. Biodata                        : Jenis kelamin, dan usia
2. Keluhan utama            : Nyeri, pembengkakan, panas, merah.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu : Apakah klien pernah menderita artitis rematoid, gaut, apakah pernah cedera atau koma
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pola mobilitas fisik
7. Pola perawatan diri
Klien dalam pemenuhan perawatan diri (mandi, gosok gigi, mencuci rambut) mengalami keterbatasan karena nyeri tersebut.
8.      Konsep diri
Klien dengan penyakit bursitis akut maupun kronis sering mengalami nyeri sehingga gambaran dirinya terganggu.



















II.        DIAGNOSA KEPERAWATAN
A.        Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan dengan agen pencedera : Disertai jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
Ø  Klien mengatakan nyeri berkurang.
Ø  Klien tampak dan mampu tidur atau istirahat dengan tepat.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji lokasi, intensitas dan derajat nyeri.

2.      Berikan posisi yang nyaman.


3.      Berikan kasur busa atau bantal air pada bagian yang nyeri.

4.      Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

5.      Kolaborasi pemberian aspirin.
1.      Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keafektifan program.
2.      Pada penyakit berat / eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri.
3.      Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
4.      Meningkatkan relaksasi / mengurangi tegangan otot.

5.      Aspirin bekerja sebagai anti dan efek analgetik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.







B. Gangguan inteloriensi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.
Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam.
Kriteria hasil :
Ø  Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan
Ø  Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitas

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
  2. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan
  3. Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan


  1. Berikan lingkungan yang aman
1.      Klien menunjukkan kelemahannya berkurang dan dapat melakukan aktifitasnya

2.      Menghemat energi untuk aktifitas

3.      Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi dan seluruh fase penyakit yang penting mencegah kelemhan
4.      Menghindari cedera akibat kecelakaan













C. Gangguan inteloriensi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.
Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam.
Kriteria hasil :
Ø  Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan
Ø  Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitas.

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Kajian keterbatasan klien dalam peraatan diri.
  2. Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan.
  3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dan perawatan diri.
  4. Konsul dengan ahli terapi okulasi.
1.      Mungkin dapat melanjutkan aktifitas umum dengan melakukan adaptasi yang dilakukan pada saaat ini.
2.      Mendukung kemandirian fisik / emosional.
3.      Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
4.      Berguna untuk menentukan alat bantu utnuk memenuhi kebutuhan individu.













BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Penyakit dengan gangguan system muskulus skeletal sehubungan dengan peradangan seperti osteomielitis dan bursitis dapat menimbulkan gejala atau keluhan  yang progresif antara lain; nyeri hebat, kulit kemerahan, bahkan sampai terjadi deformitas tulang
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus memahami dulu konsep asuhan keperawatan sebelum memberikan asuhan keperawatan, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan konsep yang ada, efektif dan efesien
Dengan demikien keperawatan kesehatan mesyarakat dapat ditingkatkan.

B.Saran
           Semoga apa yangkami sajikan dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan muskuluskeletal: Osteomiolitis dan Bursitis.



















DAFTAR  PUSTAKA

Ø  Arif, Mutaqin.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuluskeletal, cet 1. Jakarta : EGC.
Ø  Brunner,Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,      EGC : Jakarta
Ø  Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
Ø  http://harnawatiaj.wordpress.com
Ø  htt:/wwwMediacastur. Com
Ø  Lukman.2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem      muskuluskeletal. Salemba media. Jakarta .
Ø  Rumahorto,hotman,Skp.Ms.2000.Anatomi Fisiologi Sistem Muskuluskeletal, Bandung, Akper Pajajaran
Ø  Suratun,2008. Seri Asuhan Keperawatan: klien dengan gangguan system muskuluskeletal.Cet 1; EGC,Jakarta.

1 komentar:

  1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL: OSTEOMIOLITIS DAN BURSITIS

    BalasHapus