PAIAN TUA PAKPAHAN
KLO MAU YANG LAINNYA LIAT AJA DI "ARSIP BLOG

Minggu, 17 Oktober 2010

ASKEP OSTEOPOROSIS

OSTEOPOROSIS
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah III
















oleh :





PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Sekolah tinggi ilmu kesehatan santo borromeus
bandung




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

System musculoskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot dan struktur pendukung lainnya (tendon, ligament, fasia dan bursae). Pertumbuhan dan perkembangan struktur ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja.

§  TULANG

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesahatan dan fungsi system musculoskeletal sangat bergantung pada system tubuh lain. Struktur tulang member perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru-paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.

Pembagian skeletal, yaitu:
1.    Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna vertebrae, tulang iga, tulang hyoid sternum.
2.    Apendikular skeleton terdiri dari:
a.    Kerangka tulang lengan dan kaki
b.    Ekstrmitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radial) dan tangan (karpal, metacarpal, falang)
c.    Ekstremitas bawah (tulang pelvic, femur, patella, tibia, fibula) dan kaki (tarsal, metatarsal, falang).

v  Jenis Tulang
Ada empat jenis tulang, yaitu :
1.    Tulang Panjang
Tulang panjang (mis, femur, humerus) bentuknya silindris dan berukuran panjang seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta, dengan kedua ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang kanselus. Tulang diafisis memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yyang melindungi sebuah rongga tengah yang disebut kanal medulla yang mengandung sumsum kuning. Sumsum kuning terdiri dari lemak dan pembuluh darah, tetapi suplai darah atau eritrositnya tidak banyak. Tulang epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung sumsuum merah yang isinya sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Bagian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa kuat yang disebut periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang menembus tulang.
      Periostenum member nutrisi tulang dibawahnya melalui pembuluh darah. Jika periostenum robek, tulang dibawahnya akan mati. Periostenum berperan untuk pertambahan kekebalan tulang melalui kerja osteoblas. Periostenum berfungsi protektif dan merupakan tempat pelekatan tendon. Periostenum tidak ditemukan pada permukaan sendi.

2.    Tulang Pendek
Tulang pendek (mis,falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil dari pada bagian proksimal, serta berukuran pendek dan kecil.

3.    Tulang Pipih
Tulang pipih (mis, sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak dibawahnya. Tulang pipih terdiri dari 2 lapis tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periostenum yang dilewati oleh dua kelompok pembuluh darah menembus tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.

4.    Tulang Tidak Beraturan
Tulang tidak beraturan (mis, vertebra, telinga tengah) mempunyai bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini diselubungi periostenum kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang pipih. Periostenum ini member dua kelompok pembuluh darah untuk menyuplai tulang kompakta dan spongiosa.

5.    Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid (mis, patella) merupakan tulang kecil yang terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang bersama tendon dan jaringan fasia.

v  STRUKTUR TULANG

Tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus (trabekular atau spongiosa ). Tulang kompakta terlihat padat. Akan tetapi jika diperiksa dengan makroskop terdiri dari system havers. System havers terdiri dari kanal havers. Sebuah kanal havers mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe,lamela (lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang diantara lamella yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan saluran limfe), dan kanalikuli ( saluran kecil yang menghubungkan lacuna dan kanal sentral). Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang membawa nutrient dan oksigen ke osteosit.

v  SEL – SEL PENYUSUN TULANG TERDIRI DARI:
1.    Osteoblas berfungsi menghasilkan jarinagan osteosid dan menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.
2.    Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3.    Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam darah.



v  PERTUMBUHAN DAN METABOLISME
Pertumbuhan dan metabolism tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan hormon yang meliputi:
1.  Kalsium dan fosfor.
Jumlah kalsium dalam tulang 99% dan fosfor 90%. Konsentrasi kalsium dam fosfor mempunyai ikatan yang sangat erat. Jika kadar Ca meningkat, jumlah fosfor berubah. Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin dan hormone paratiroid (PTH).

2.  Kalsitonin
Diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan konsentrasi Ca serum. Jika jumlah kalsitonin meningkat diatas normal, kalsitonin menghambat absorpsi kalsium dan fosfor dalam tulang serta meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor melalui urine sehingga dibutuhkan Ca dan fosfor.

3.  Vitamin D terkandung dalam lemak hewan, minyak ikan,dan mentega.
Tubuh manusia juga dapat memproduksi vitamin D. sinar ultra violet sinar matahari dapat mengubah ergosterol pada kulit menjadi vit.D. vitamin D diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan digunakan tubuh. Defisiensi vitamin D mengakibatkan deficit mineralisasi , deformitas, patah tulang, penyakit rikets pada anak-anak, dan osteomalasia pada orang dewasa.

4.  Hormone paratiroid (PTH).
Pada saat kadar Ca menurun, sekresi PTH meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menyumbangkan kalsium ke darah. Jika kadar Ca meningkatkan sekresi PTH diminimalkan, hormone tersebut mengurangi ekskresi Ca diginjal dan memfasilitasi absorpsinya dari usus halus. Hal ini untuk mempertahankan suplai Ca ditulang. Respon ini merupakan contoh umpan balik system Loop yang terjadi dalam system endokrin.



5.  Hormone pertumbuhan.
 Bertanggung jawab meningkatkan panjang tulang dan menentukan jumlah matriks tulang dibentuk sebelum masa pubertas. Sekresi yang meningkat selama masa kanak-kanak menghasilkan gigantisme dan menurunnya sekresi menghasilkan drawfisme. Pada orang dewasa, peningkatan tersebut menyebabkan akromegali yang ditandai oleh kelainan bentuk tulang dan jaringan lemak.

6.  Glukokortikoid.
 Mengatur metabalolisme protein. Pada saat dibutuhka, hormone dapat meningkatkan atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau mengintensifkan matriks organik ditulang dan membantu dalam pengaturan kalsium di intestinum dan absorpsi fosfor.

7.  Hormone seksual

a.    Estrogen mengstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran hormone paratiroid. Jumlah estrogen menurun saat menopause sehingga penurunan kadar kalsium pada tulang dalam waktu lama menyebabkan osteoporosis.
b.    Androgen seperti testosterone meningkatkan anabolisme dan massa tulang.

§  SENDI
Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian.Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan.Fungsi utama sendi adalah memberikan pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannya, sedangkan klasiikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari:
1.    Sendi sinartrosis (sendi yang tidak bergerak sama sekali). Contohnya satura tulang tengkorak.
2.    Sendi amfriartosis (sendi bergerak terbatas) contohnya pelvic, simfisis, dan tibia.
3.    Sendi diartrosis/ sinoval (sendi bergerak bebas). Contohnya siku, lutut, dan pergelangan tangan.
Berdasarkan strukturnya,sendi dibedakan atas:
1.    Fibrosa
è Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung pibrosa. Contohnya, sutura tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal.

2.    Kartilago.
è Sendi yang ujung-ujung tulungnya terbungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini terbagi menjadi 2,yaitu:
a.    Sinkondrosis àsendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang rawan hialin.
Contohnya, sendi-sendi kostokondral.

b.    Simfisis àsendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.
Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang punggung.

3.    Sendi synovial
è Sendi tubuh yang dapat digerakan serta memiliki rongga sendi dan permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah jenis sendi yang paling  umum dalam tubuh dan berasal dari kata sinovium yang merupakan membrane yang menyekresi cairan synovial untuk lumbrikasi dan absorpsi syok.
Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup di dalam tulang rawan sendi. Kondrosit ini dipengaruhi oleh factor anabolic dan factor katabolic dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Factor katabolic utama diperankan oleh sitoksin interkeukin 1 beta, dan tumor necrosis factor alfa. Sedangkan factor anabolic diperankan oleh transforming growth factor( TGF beta) dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1)
Dalam menjaga keseimbangan atau homeostasis apabila terjadi osteoarthritis kondrosit akan meningkatkan aktivitas sitokinin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator inflamasi dan matriks metalloproteinase(MMP).
§  OTOT
Otot skeletal secara volunteer dikendalikan oleh system syaraf pusat dan perifer.Penghubung antara saraf motorik perifer dan sel-sel otot dikenal sebagai motor end-plate.
Otot dibagi dalam tiga kelompok,yaitu:
1.    Otot rangka(lurik)
Diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Lapisan jaringan ikat yang membungkus otot disebut fasia otot atau episium. Otot ini terdiri dari berkas-berkas sel otot kecil yang dibungkus lapisan jaringan ikat yang disebut perimisium. Sel otot ini dilapisi jaringan ikat yang disebut endomisium.

2.    Otot visceral (polos)
Terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, dan pembuluh darah. Otot ini dipersarafi oleh system saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

3.    Otot jantung
Ditemukan hanya pada jantung dan kontraksinya diluar control atau diluar keinginan. Otot berkontraksi jika ada rangsangan dari adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium.
Fungsi Otot Skelet
Fungsi otot skelet adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
1.    Eksitabilitas adalah kesanggupan sel untuk menerima dan merespons stimulus. Stimulus biasanya dihantarkan oleh nuerotransmiter yang dikeluarkan oleh neuron dan respons yang distransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi pada membrane plasma dari sel otot.
2.    Kontraktibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan memendek secara paksa.
3.    Ekstensibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan memperpanjang  dan memperpendek serat otot saat relaksasi ketika berkontraksi dan memanjang jika rileks.
4.    Elastisitas adalah kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat yang lama setelah memendek dan memanjang.
Kontraksi Otot
Otot berkontraksi jika ada rangsangan. Energy kontraksi berasal dari pemecahan adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium. Beberapa tipe kontraksi otot yaitu:
1.    Tonik yaitu kontraksi sebagian otot secara terus menerus yang penting dalam mempertahankan postur tubuh.
2.    Isotonic adalah kontraksi otot yang otot menjadi tegang, tetapi kontraksi tersebut tidak mengubah otot, hanya mengubah panjang otot (otot lebih pendek).
3.    Isometric. Pada isometric ketegangan otot meningkat, namun otot menjadi lebih pendek.
4.    Twich adalah reaksi sentakan (reflex) pada suatu stimulus.
5.    Tetanik adalah kontraksi yang lebih menopang daripada twuch yang dihasilkan akibat rangkaian stimulus yang cepat.
6.    Treppe adalah twich yang lebih kuat dalam merespons stimulus yang terus-menerus berulung secara konstan dan kuat.
7.    Fibrillation adalah kontraksi asincronus pada setiap otot individu.
8.    Konvulsi adalah kontraksi titanic yang tidak terkoordinir secara normal pada kelompok otot tertentu.
STRUKTUR LAIN DALAM SISTEM MUSKULOSKELETAL
-       Ligamen
Ligament adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
-       Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang membungkus setip otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synovial yang member lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
-       Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung langgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia superficial (sebagai pembungkus tebal) jarigan penyambung fibrosa yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah
-       Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan diatas bagian yang bergerak (mis, antara kulit dan tulung, antara tendon dan tulung/ otot). Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak (mis, bursae olekranon yang terletak diantara presesus dan kulit).



I.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS


A.   Pengertian
·         Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matrix dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang berkurang (Gallagher, 1999)
·         Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat.
·         Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosis )
·         Jadi osteoporosis adalah gangguan metabolism tulang yang menyebabkan masa tulang mengalami pengurangan sehingga tulang menjadi mudah rapuh.

B.   Etiologi

Penyebab osteoporosis secara pasti belum diketahui.

Factor resiko terjadinya osteoporosis:
1.    Jenis kelamin wanita
2.    Diet rendah kalsium
3.    Orang Caucasion atau Asian- Amerika
4.    Pecandu alcohol
5.    Perokok
6.    Kurang aktivitas
7.    Penggunaan obat dalam jangka waktu lama: Kortikosteroid

C.   Gambaran klinis
Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus
D.   Klasifikasi osteoporosis

Osteoporosis dibagi 3 , yaitu:

·         Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.

·         Osteoporosis sekunder
Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
·         Cushing's disease
·         Hyperthyroidism
·         Hyperparathyroidism
·         Hypogonadism
·         Kelainan hepar
·         Kegagalan ginjal kronis
·         Kurang gerak
·         Kebiasaan minum alkohol
·         Pemakai obat-obatan/corticosteroid
·         Kelebihan kafein
·         Merokok

·      Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan sering ditemukan pada:
1.    Usia anak-anak
2.    Usia remaja
3.    Wanita pra menopause
4.    Pria usia pertengahan


E.    Tes Diagnostik

·         Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
·         CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostic dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3  ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
·         Pemeriksaan laboratorium
Ø  Kadar Ca, P, dan fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan yang nyata.
Ø  Kadar HPT (pada pascamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen merangsang pembentukan Ct)
Ø  Kadar 1,25-(OH)-D3 dan absorpsi Ca menurun.
Ø  Ekskresi fosfat hidroksiprolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
F.  Asuhan Keperawatan
Ø  Pengkajian

5.  Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya:
a.    Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang.
b.    Berat badan menurun
c.    Biasanya diatas 45 tahun
d.    Jenis kelamin sering pada wanita
e.    Pla latihan dan aktivitas
f.     Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D serta kalsium)
g.    Merokok, mengkonsumsi alcohol dan kafein
h.    Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom cushing, hipogonadisme

6.    Pemeriksaan Fisik
B6(Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

7.    Riwayat psikososial.
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

Ø  Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk pasien osteoporosis sebagai berikut:
1.    Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis),nyeri sekunder.
2.    Gangguan body image b.d perubahan bentuk tubuh
3.    Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
4.    Resiko cedera (fraktur) berhubungan dengan tulang osteoporosis
5.    Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah.





Ø  Intervensi dan Implementasi keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
KEPERAWATAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.    Hambatan mobilitas fisik

Dapat meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik

·         Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki posisi tulang belakang
·         Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
·         Bantu dan ajarkan latihan ROM setiap 4jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur
·         Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset,pasien perlu dilatih menggunakannya dan jelaskan tujuannya
·         Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin D
·         Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium

2.    Gangguan konsep diri
Dapat menggunakan koping yang positif

·         Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi
·         Klariikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan. Klarifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama perawatan
·         Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimblkan kesuksesan atau kebanggaan saat itu. Ini dapat membantu upaya mengenal diri dan menerima diri kembali
·         Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang positif. Hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri
·         Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman

3.    Nyeri b.d fraktur dan spasme otot

Nyeri reda

·         Anjurkan istirahat ditempat tidur dengan posisi terlentang atau miring
·         Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot
·         Kompres hangat intermiten dan pijit punggung dapat memperbaiki relaksasi otot
·         Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
·         Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur
·         Kolaborasi dalam pemberian analgesic untuk mengurangi nyeri

4.    Resiko cedera (fraktur) yang b.d tulang osteoporosis

Cedera tidak terjadi

·         Anjurkan melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan memperkuat demineralisasi tulang progresif
·         Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh
·         Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik dan postur tubuh yang baik
·         Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat baben lama
·         Lakukan aktivitas diluar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D
5.    Kurang pengetahuan
Memahami osteoporosis dan program pengobatan
·         Jelaskan pentingnya diet yang tepat,latihan, dan aktivitas fisik yang sesuai serta istirahat yang cukup
·         Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara detail
·         Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman. Misalnya lantai tidak licin, tangga menggunakan pegangan untuk menghindar jatuh
·         Anjurkan mengurangi kafein, alcohol, dan merokok
·         Jelaskan pentingnya parewatan lanjutan
Ø  Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan:
1.    Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
a.    Melakukan ROM secara teratur
b.    Menggunakan alat bantu saat aktivitas
c.    Menggunakan brace atau korset saat aktivitas

2.    Koping pasien positif
a.    Mengekspresikan perasaan
b.    Memilih alternative pemecahan masalah
c.    Meningkatkan komunikasi
3.    Nyeri berkurang/hilang
a.    Mengalami peredaan nyeri saat istirahat
b.    Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari
c.    Menunjukan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
4.    Tidak terjadi cedera
a.    Mempertahankan postur tubuh yang baik
b.    Menggunakan mekanika tubuh yang baik
c.    Latihan isometric
d.    Berpartisipasi aktivitas diluar rumah
e.    Menghindari aktivitas yang menimbulkan cedera
5.    Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program pengobatan
a.    Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan fisik terhadap massa tulang
b.    Mengkonsumsi kalsium dengan jumlah yang mencukupi
c.    Meningkatkan latihan fisik
d.    Mengetahui waktu perawatan lanjutan.




II.       ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOARTRITIS


A.   Pengertian

¨       Osteoartritis (OA) adalah  suatu penyakit kerusakkan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui  penyebabnya. ( Noer, hal 76).
¨       Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. ( kapita selekta kedokteran. 2000. Hal 1807)
¨       Osteoartritis (OA) atau penyakit degeneratif sendi adalah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan ( Handono Kalim, hal.76)
¨       Osteoartritis adalah ganguan pada sendi yang bergerak, bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditadai oleh adanya deterosiasi  dan abrasi dari rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. (sylvia A price.2000. hal. 1218)
¨       Jadi Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif (semakin lama semakin bertambah berat) yang terjadi pada rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak tahu penyebabnya.


B.   Etiologi
Penyebab sebenarnya dari osteoarthritis belum diketahui namun  proses penuaan ada hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi
C.   Faktor – Faktor Resiko

1.   Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.osteoartiritis hampir tak pernah dijumpai pad anak, jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.

2.   Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis  osteoartritis.

3.   Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa artritis.

4.   Suku Bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5.   Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula)

D.   Patofisiologi
Kartilago hialin dalah jaringan elastis yang 95 persen terdiri dari air dan matrik ekstra selular, 5 persen sel kondrosit. Fungsinya sebagai penyangga atau shock breaker, juga sebagai pelumas, sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut.
Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah. Pada permukaan sendi yang sudah aus terjadilah pengapuran. Yaitu tumbuhnya tulang baru yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjadikan sendi kembali stabil, tapi hal ini justru membuat sendi kaku.
Sendi yang sering menjadi sasaran penyakit ini adalah sendi yang sering digunakan sebagai penopang tubuh seperti lutut, tulang belakang, panggul, dan juga pada sendi tangan/kaki. Jika tidak diobati sakit akan bertambah dan tidak bisa berjalan. Selain itu, tulang bisa mengalami perubahan bentuk atau deformity bersifat permanen. Bengkok pada kaki bisa ke dalam maupun keluar. Dampak kelainan ini muncul perlahan 10 tahun kemudian untuk itu perlu waspada.

E.    Jenis –Jenis OA
1. Primer
Penyebab tak diketahui, akibat proses penuaan alami. Dialami setelah usia 45 tahun, tidak diketahui penyebab secara pasti, menyerang perlahan tapi pasti, dan dapat mengenai banyak sendi. Biasanya mengenai sendi lutut dan panggul, bisa juga sendi lain seperti punggung dan jari-jari.
2. Sekunder
Dialami sebelum usia 45 tahun, penyebab trauma (instability) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar dan pembedahan pada sendi. Penyebab lain adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.


F.    Patoflow




















G. Manifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan

H.   Penatalaksanaan

1.   Obat – Obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
2.   Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kaki yang tertekuk (pronatio).
3.   Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4.   Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5.   Persoalan seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6.   Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7.   Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

I.   Pemeriksaan  diagnostik

·         Pemeriksaan laboratorium
Meliputi LED,Kolesterol serum
·         Pemeriksaan Sinar X
Dapat dilakukan setiap saat untuk memantau aktivitas dan progesivitas penyakit. Photo rogen yang diambil setiap saat dapat memperlihatkan hilangnya kartilago dan menyempitnya rongga sendi. Pemeriksaan Sinar X dapat pula menunjukan abnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang yang abnormal dan osteopeni (mineralisasi tulang menurun). Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan photo polos. Gambaran yang khas pada photo p[olos adalah:
Ø  Densitas tulang normal atau meninggi
Ø  Penyempitan ruang sendi yang asimetris karena hilangnya tulang rawan sendi
Ø  Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral
Ø  Osteofit pada tepi sendi
Ø  Gambaran ini terutama jelas ditemukan pada sendi besar.
·         CT Scan dan MRI pada tulang dan sendi.
Pemindaian tulang menggambarkan derajat ambilan atau absorpsi isotok radio aktif oleh jaringan tulang. Daerah yang memperlihatkan peningkatan ambilan (mis sendi) dianggap abnormal. Pemindaian sendi memungkinkan penentuan kerusakan sendi diseluruh tubuh. Pemindaian merupakan pemeriksaan yang paling sensitive untuk mendeteksi penyakit secara dini.
·         Pemindaian radionuklida
Dilakukan dengan menggunakan 99’ Tc-HDP dan terlihat peningkatan aktivitas tulang pada bagian subkondral dari sendi yang mengalami osteoatritis. Dapat pula ditemukan penambahan vaskularisasi dan pembentukan tulang baru.

J.  ASUHAN  KEPERAWATAN

A.  DATA DASAR PENGKAJIAN

1.   Aktivitas/ istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi, keletihan.
Tanda : malaise, Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.

2.   Kardiovaskuler
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

3.   Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
Keputusan dan ketidakberdayaan.
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang

4.   Makanan atau cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.

5.   Higiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.

6.   Neurosensori
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi

7.   Nyeri / kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri.
Terasa nyeri akut dan kekakuan

8.   Keamanan
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga

9.   Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi


B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
2.   Hambatan mobilitas fisik bd perubahan otot
3.   Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
4.   Perubahan pola tidur b/d nyeri
5.  Defisit perawatan diri b/d nyeri
6.   Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

C.   INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang.
INTERVENSI
RASIONAL
Ø kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

Ø berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan





Ø biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi

Ø dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak

Ø anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi

Ø berikan masase yang lembut


Ø Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.
Ø Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.


Ø Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri

Ø Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.


Ø Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi

Ø Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan


Ø Meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot

Ø Meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

Diagnosa 2 : hambatan mobilitas fisik bd perubahan otot
Tujuan : klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
INTERVENSI
RASIONAL
Ø  Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.

Ø  Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.

Ø  Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.

Ø  Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.

Ø  Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
Ø Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.

Ø Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

Ø Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.

Ø Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.


Ø Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
Ø  Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil
Ø  Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
Ø  Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.




Ø  Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas.

Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Ø  Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.

Ø  Berikan tempat tidur yang nyaman


Ø  Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru



Ø  Instruksikan tindakan relaksasi

Ø  Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.

Ø  Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.



Ø  Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi

Ø  Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
Ø  Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

Ø  Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis

Ø  Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang

Ø  Membantu menginduksi tidur

Ø  Meningkatkan efek relaksasi


Ø  Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi

Ø  Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.

Ø  Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.


Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri
Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri
. INTERVENSI
RASIONAL
Ø Kaji tingkat fungsi fisik


Ø Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan

Ø Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan

Ø Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda
Ø Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan

Ø Mendukung kemandirian fisik/emosional


Ø Menyiapkanuntuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri

Ø Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri

Diagnosa 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan   kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
Tujuan  : mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI
RASIONAl
Ø  Dorong pengungkapan mengenaimasalah mengenai proses penyakit,harapan masa depan.

Ø  Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.

Ø  Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan.


Ø  Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan

Ø  Perhatikan perilaku menarik diri, penguanan menyangkal atau terlalumemperhatikan tubuh/perubahan.

Ø  Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positifyang dapat membantu koping.

Ø  Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

Ø  Rujuk pada konseling psikiatri


Ø  Berikan obat-obat sesuai petunjuk
Ø  Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalmenghadapinya secara langsung.

Ø  Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.

Ø  Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.

Ø  Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.

Ø  Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis.

Ø  Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.

Ø  Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.

Ø  Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkadukungann selama berhadapan dengan proses jangkapanjang/ketidakmampuan

Ø  Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuankoping yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA


Brunner and Sudart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume  3. Jakarta : EGC.
Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran.jakarta: Media Aesculapius FKUI
Muttaqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Noer, Sjaifoellah. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Cet. 3, Ed. 2. Jakarta : Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 4,
            Jakarta: EGC
Robbins ,Kumar, Cotran. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta : EGC

1 komentar: