PAIAN TUA PAKPAHAN
KLO MAU YANG LAINNYA LIAT AJA DI "ARSIP BLOG

Minggu, 17 Oktober 2010

ASKEP GANGGUAN KELENJAR PARATIROID

ASKEP  KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR PARATIROID










oleh
KELAS SANTA TERESA








PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2010











ASUHAN KEPERAWATAN  KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR PARATIROID

A.    HIPERPARATIROID
Hiperparatiroid  didefenisikan sebagai hiperfungsi kelenjar paratiroid yang mengakibadkan penigkatan kadar PTH dalam darah yang bersirkulasi dan fosfat.

PATOFISIOLAGI
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer atau skunder ,dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal ginjal kronis. Pada 80% hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenomaparatiroid jinak 18% kasus diakibadkan hiperplasia keljar paratiroid:dan 2% kasus disebapkan oleh karsinoma paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai oleh pembesaran satu kelenjar ,dengan kelenjar lainya tetap normal.
Hiperlasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer , karna kempat kelenjar membesar secara simetris. Perbesaran kelenjar paratiroid dn hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi fosfat dan hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang disebapkan oleh hipovitaminosis D ,seperti pada reketsia ,dapat mengakibatkan dampak yang sama.
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi . PTH terutama bekerja pada tulang dan ginjal . dalam ginjal. Dalam tulang , PTH meningkatkan resopsi tulang dan menigkatkan kalsium dari lumen tubulus ginjal, dengan demikian mmengurangi ekskresian  kalsium dalam urine. PTH juga menigkatkan pembentukan nbentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal,yang selanjutnya memudahkan pengambilan kalsium dari makanan dan usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofistfatemia kompensatori adalah abnormalitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH serum juga menigkat.
Gejala klinis hiperparatiroidisme behibungan dengan penigkatan aktivitas PTH. Tulang menunjukan tanda-tanda dekalsifikasi dan rentan terhadap fraktur. Hiperkalsemia mengarah pada penumpukan garam kalsium dalam ginjal dan pembentukan batu ginjal. Mungkin juga terdapat klasifikasi okular dan kulit. Kelebihan kalsium menyebabkan letargi ,kelemahan otot, defeks konduksi pada jantung.
Pengobatan pada hoperparatiroidisme promer mencakup bedah eksplorasi leher dan reseksi kelenjar yang mengalami hiperfungsi atau tumor. Hiperparatiroidisme sekunder dapat juga diatasi dengan tindakan bedah , namun pada tindakan yang sama lebih penting u tuk memperbaiki kelainan metabolik yang menyebapkan hipersekresi PTH. Tidak ada perlunya buru-buru melakukan oprasi paratiroid. Setelah plantasi ginjal ,kelenjar akan kembali keukuran normal dan gangguan metabolik akan menghilang. Jika plantasi tidak menormalkan keseimbangan kalsium dan fosfat ,maka dokter akan menduga bahwa hiperfungsi paratiroid nampaknya trejadi secara autonomus. Kasus demikian, seperti yang disebutkan hiperparatiroidisme tersier ,jarang terjadi.

B.     PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN HIPERPARATIRIODISME

                               I.            PENGKAJIAN
Tidak tedapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroidisme hiperkalsemia resultan. Klien mungkin menujukan perubahan psikologis , seperti latergi, mengantuk , penurunan memory, labilitas emosional , semua menivestasi yang tampak pada hiperkalsemia.
1.      Riwayat kesehatan klien .
2.      Riwayat kesehatan dalam keluarga.
3.      Keluhan utama antara lain:
Ø  Sakit kepala ,kelemahan , latargi, dan kelelahan otot.
Ø  Gangguan pencernaan seperti mual,muntah ,anorexia, opstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan.
Ø  Depresi.
Ø  Nyeri tulang dan sendi.
4.      Riwayat trauma / fraktur tulang.
5.      Riwayat  radiasi daerah leher dan kepala.
6.      Pemeriksaan fisik yang mencakup:
Ø  Observasi dan palpasi adanya devormitas tulang.
Ø  Amati wana kulit , apakah tampak pucat.
Ø  Perubahan tingkat kesadaran.
7.      Bila kadar kalsium tetap tinggi ,maka akan tanpak tanda psikosis organic seperti binggung bahkan koma dan bila tidak di tangani kematian akan mengancam.
8.      Pemeriksaan diaknostik termasuk:
Ø  Pemeriksaan laboratorium: dilakukan untuk mengetahui kadar kalsium dalam plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam menentukan pemeriksaan terpenting dalam menegakan kondisi hiperparatiroidisme. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroidisme primer akan ditemukan penigkatan kadar kalsium serum,kadar kalsium posfat anorganik menurun semetara kadar kalsium dan fosfat urin meningkat.
Ø  Pemeriksaan radiologi: akan tanpak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang.
                            II.            DIOAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperparatiroidisme antara lain:
ü  Resiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
ü  Perubahan elimainasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfostfatemia .
ü  Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual.
ü  Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.




                         III.            RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Resiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
Turjuan :
Klien tidak akan menderita cedera ,seperti yang akan ditunjukkan oleh tidak terdapatnya fraktur patologis.
Intervensi keperawatan:
1.      Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentang mengalami fraktur patologis, bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila klien mengalami penurunan kesedaran pasanglah tirali tempat tidurnya.
2.      Hindarkan klien dari posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan hati-hati.
3.      Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan fisik.
4.      Atur aktivtas yang tidak melelahkan klien.
5.      Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti mengubah posisi tubuh , dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
6.      Ajarkan klien cara mengunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan. Anjurkan klien agar berjalan secara perlahan-lahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
TUJUAN:
Klien akan kembali pada haluaran urine normal ,seperti yang ditunjukkan oleh tidak terbentuknya batu atau haluaran urine 30-60 ml/jam.
Intervensi keperawatan:

INTERVENSI KEPERAWATAN:
1.      Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml- cairan per hari. Dehidrasi merupakan hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroidisme karena akan menigkatkan kadar kalsium serum dan memudahkan terbentuknya batu ginjal.
2.      Berikan sari buah canbery atau prune  untuk membantu agar urine lebih bersifat asam. Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah pembentukan batu ginjal ,karena kalsium lebih mudah larut dalam urine yang asam ketimbang urine yang basa.
DIAKNOSA KEPERAWATAN:
Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual

Tujuan :
Klien akan mendapatkan masukan makanan yang mencukupi , seperti yang di buktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat mempertahankan berat badan ideal.

Itervensi keperawatan:
1.      Berikan dorongan  pada klien  untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium untuk memperbaiki hiperkelsemia .
2.      Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan produk susu dapat menghilangkan sebagian manovestasi gasrtointestinal yang tidak menyanagkan .
3.      Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori tanpa produk yang mengandung susu.
4.      Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu perencanaan diet klien.



C.            Penatalaksanaan Bedah Hiperparatiroidisme
Pengobatan definitif hiperparatiroidisme primer adalah bedah pengangkatan kelenjar atau pengangkatn kelenjar yang menyebabkan hipersekresi PTH. Biasanya hanya kelenjar paratiroid yang sakit saja yang diangkat. Namun bila keempat kelenjar mengalami hiperplasia, maka akan diangkat tiga dari keempat kelenjar tersebut.
          Komplikasi hiperparatiroidektomi serupa dengan yang terdapat pada tiroidektomi dan jarang terjadi. Hipokalsemia merupakan komplikasi yang secara potensial mengancam hidup mesti masih tersisa kelenjar paratiroid yang lain karena edema dapat mengurangi fungsinya. Klien juga dapat mengalami distres pernafasan yang berhubungan baik dengan hemoragi atau kekambuhan kerusakan saraf laringeal.
          Angka kesembuhan untuk hiperparatiroidisme primer setelah operasi pengangkatan adalah 95%. Angka keberhasilan yang tinggi ini secara langsung berkaitan dengan pengalaman ahli bedah dan eksplorasi menyeluruh leher (Black-Matassarin, 1997)

D.            Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid. Namun begitu, kondisi ini merupakan kondisi yang langka yang umumnya terjadi setelah pengangkatan keempat kelenjar secara tidak sengaja pada operasi tumor leher. Penyebab kongenital, genetik atau autoimun dari hipoparatiroidisme sangat jarang.
          Gejala klinis hipoparatiroidisme mencerminkan gangguan metabolik yang disebabkan oleh defisiensi PTH. Defisiensi yang terpenting diantaranya adalah hipokalsemia, yang mengakibatkan perubahan eksitabilitas neuromuskular dan kontraksi muskular. Otot skeletal cenderung untuk menjadi spastis (tetani hipokalsemil). Kerja jantung menjadi tidal teratur, dan pada kasus-kasus yang berat, dapat terjadi henti jnatung. Aktifitas saraf juga mengalami perubahan, terjadi fluktuasi antara hipereksitabilitas dan depresi. Semua gejala dapat dihilangkan denagn pemberian terapi hormon substitusional manggunakan PTH sintesis.
E.             Penatalaksanaan Klien dengan Hipoparatiroidisme
I.                   Pengkajian
Kaji dengan cermat klien yang berisiko untuk mengalami hipoparatiroidisme akut, seperti pada klien pascatiroidektomi, terhadap terjadinya hipokalsemia. Tanyakan klien tentang adanya manifestasi bekas atau semutan disekitar mulut atau ujung jari kaki. Periksa juga terhadap temuan tanda Chvosteks atau Trousseaus positif. Yang penting adalah mengkaji manifestasi disters pernafasan sekunder terhadap laringopasme. Pada klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering. Juga kaji terhadap sindrom seperti-Parkinson atau adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup:


1.                Riwayat penyakit
·                  Sejak kapan klien menderita penyakit
·                  Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
·                  Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar paratiroid atau klenjar tiroid
·                  Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher
2.                Keluhan utama meliputi:
·                  Kelainan bentuk tulang
·                  Perdarahan yang sulit berhenti
·                  Kejang-kajang, kesemutan dan lemah
3.                Pemeriksaan fisik mencakup:
·                  Kelainan bentuk tulang
·                  Tetani
·                  Tanda Trousseaus dan Chovsteks
·                  Pernafasan berbunyi ( tridor )
·                  Rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah patah; kulit kering dan kasar

4.                Pemeriksaan penunjang
·                  Pemeriksaan kadar kalsium serum
·                  Pemeriksaan radiologi

II.                Diagnosa keperawatan
Klien dengan hipoparatiroidisme rentan terhadap hipokalsemia, yang dapat mengarah pada masalah kolaboratif Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. Dan karena kondisi hipoparatiroidisme dapat menjadi kondisi yang kronis, klien harus dapat melakukan perawatan diri, sehingga membuat diagnosa keperawatn risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik (individual) yang berhubungan dengan regimen diet dan medikasi menjadi penting untuk klien ini. Secara umum diagnosa keperawatan utama pada klien ini adalah:
1.      Masalah kolaboratif: tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum
2.      Risiki terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik (individual) yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen dien dan medikasi.

III.             Rencana Tindakan Keperawatan
Masalah kolaboratif:
Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum
Tujuan:
Klien tidak akan menderita cedera, seperti yang dibuktikan oleh kadar kalsium kembali ke batas normal, frekuensi pernafasan normal, dan gas-gas darah dalam batas normal.
Intervensi keperawatan:
1.      Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernafasan. Siapkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan trakeostomisaan merawat klien dengan tetani akut.
2.      Jika klien berisiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus kalsium karbonat di dekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika diperlukan.
3.      Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.
4.      Jika tersedia biasanya klien diberikan sumber siap pakai kalsium karbonat seperti Tums
Diagnosa keperawatan:
Risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik (individual) yang berhubungan dengan kurang pengetahuan regimen diet dan medikasi.

Tujuan:
Klien akan mengerti tentang diet dan medikasinya, seperti yang dibuktikan oleh pernyataan klien dan kemampuan klien untuk mengikuti regimen diet dan terapi.
Intervensi keperawatan :
1.      Penyuluhan kesehatan untuk klien dengan hipoparatiroidisme kronis sangat penting karena klien akan membutuhkan medikasi dan modifikasi diet sepanjang hidupnya.
2.      Saat memberikan penyuluhan kesehatan tentang semua obat-obat yang harus digunakan di rumah, pastikan klien mengetahui bahwa semua bentuk vitamin D, kecuali dihidroksikolekalsiferol, diasimilasi dengan lambat dalam tubuh. Oleh karenanya akan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk melihat hasilnya.
3.      Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium namun rendah fosfor. Ingatkan klien untuk menyingkirkan keju dan produk susu dari dietnya, karena makanan ini mengandung banyak fosfor.
4.      Tekankan pentingnya perawatan medis sepanjang hidup bagi klien hipoparatiroidisme kronis. Intruksikan klien untuk memeriksakan kadar kalsium serum sedikitnya tiga kali setahun. Kadar kalsium serum harus dipertahankan normal untuk mencegah komplikasi. Jika terjadi hiperkalsemia atau hipokalsemia, dokter harus menyesuaikanregimen terapeutik untuk memperbaiki ketidakseimbangan.
2.Kebiasan hidup sehari-hari
a. pola makan
b.pola tidur( KLian menghabiskan banyak waktu untuk tidur)
c. pla aktivitas
3.tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
4keluhan utama kjlien,mencakup gangguan pada berbagi system tubuh :
a.       System pulmonary
b.      System pencernaan
c.       System krdiovarkular
d.      System muskulosketal
e.       System neurologic
f.        System rproduksi
g.      Metebolik emosi /psikologis
5. pemeriksaan fisik mencakup:
a.       Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya  dema sekitar mata,wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar.lidah tampak menebal dan gerak- gerik klien sangant lamban. Postur tubuh kecil dan pendek .kulit kasar,tebal, dan bersisik,dingin dan pucat.
b.      Nadi lambatr dan suhu tubuh menurun.
c.       Pembasaran jantung.
d.      Disritmia dan hipotensi.
e.       Parastesia dan reflek tendon menurun
6. pengkjian pisikososial:klien sangat sulit membina hubungan sosial sdengan lingkungannya , mengurng diri/bahkan mania.kluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas,dan ingin tidur sepanjang hari.kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kellima komponen konsep diri.

7.pemeriksaan penunjang mencakup: pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum,sedangkan pada sekunder kadar TSH dapat menur atau normal.)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diaknosa keperawatan  utama yang dapat di jumpai pada klien dengan hipotiroidisme antara lain:
1.      Penurunan curah jantung yang berhubungan  dengan penurunan volume sekuncup sebagai akibat dari bradikardi; arteriossklerosis arteri koronaria.
2.      Pola nafas yang tidak efektif  yang berhubungan dengan penurunan tenaga/kelelahan;espansi paru yang  menurun, obesitasn dan inaktivitas.
3.      Gangauan proses piker yang berhubungan dengan edema jaringan serebral dan retensi air.

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWTAN

Diagnosa Keperawatan:

Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan volume sekuncup akibat bradikardi dan ateriosklerosis arterti koronaria

Tujuan:
Fungsi kardiovaskular tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, irama jantng dalam batas normal.
Intervensi  Keperawatan
1.      Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengidentivikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan haluaran urine dan perubahan status mental.
2.      Anjurkan klien untuk  memberitahukan perawat segera bila klien mengalami nyeri dada, karena pada klien dengan hipotiroidisme kronik dapat berkembang arterosklerosis arteri koronaria.
3.      Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala. Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium (Synthroid, T4, dan Eltroxin). Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnoe. Pada dosis awal pemberian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap setiap 2-3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4.      Ajarkan kepada klien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus diwaspadai bila terjadi hipertiroidismr akibat penggunaan obat yang berlebihan.




Diagnosa Keperawatan:
Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan kelelahan, obesitas dan inaktivitas
Tujuan:
Klien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif.
Intervensi keperawatan:
1.      Amati dan catat irama serta kedalaman pernafasan
2.      Auskultasi bunyi pernafasan dan catat dengan seksama.
3.      Bila klien mengalami kesulitan pernafasan yang berat, kolaborasikan dengan dokter kemungkinan penggunaan alat bantu untuk bernafas seperti ventilator.
4.      Hindarkan penggunaan obat sedatif karena dapat menekan pusat pernafasan. Bila klien menggunakan obat transqualizer dosis biasanya diturunkan karena klien sangat peka.
5.      Bantu klien beraktivitas
6.      Penuhi kebutuhan sehari-hari klien sesuai kebutuhan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan proses berfikir yang berhubungan dengan edema jaringan otak dan retensi air
Tujuan:
Proses berfikir klien kembali ketingkat yang optimal.
Intervensi Keperawatan:
1.      Observasi dan catat tanda gangguan proses berfikir yang berat seperti:
a.       Letargi
b.      Gangguan Memori
c.       Tidak ada perhatian
d.      Kesulitan berkomunikasi]
e.       Mengantuk.
2.      Orientasikan klien kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat, waktu. Biasanya gejala-gejala berkurang dalam waktu 2-3 minggu pengobatan sehingga mengorientasikan kembali klien terhadap lingkungan nyata yang sangat diperlukan.
3.      Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan mengadaptasinya. Jelaskan pula bahwa dengan pengobatan yang teratur gejala-gejala akan berkurang.
Penyuluhan Kesehatan:
Penyuluhan kesehatan sangat penting bagi klien dan keluarga. Berikanlah kepada mereka hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat di rumah dan perawatan klien pada umumnya. Berikan penjelasan tentang:
1.      Cara penggunaan obat, dosis dan waktunya. Tidak meminum obat bersama dengan obat lain.
2.      Tanda dan gejala bila kelebihan obat atau sebaliknya.
3.      Menggunakan selimut tambahan pada waktu tidur, penggunaan baju hangat dan pakaian yang tebal bila suhu udara dingin.s

Hal 68-71
D. Penatalaksanaan Klien Dengan Hipertropi Kelenjar Tiroid
I.            Penatalaksaan Klien dengan Hipertropi Kelenjar Tiroid
1.      Kaji riwayat penyakit :
-    Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien
-    Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
2.      Tempat tinggal sekarang dan masa pada balita
3.      Usia dan jenis kelamin
4.      Kebiasaan makan; bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor goitrogenik
5.      Penggunaan obat-obatan
-    Kaji jenis obat-obatan yang sedang digunakan dalam tiga bulan terakhir
-    Sudah berapa lama digunakan
-    Tujuan pemberian obat
6.      Keluhan klien
-    Sesak nafas, a[akah bertambah sesak bila beraktifitas
-    Sulit menelan
-    Leher bertambah besar
-    Suara serak/ parau
-    Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris
7.      Pemeriksaan fisik
-    Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi
-    Insoeksi bentuk leher, simetris tidaknya
-    Auskultasi bruit pada arteri tyroidea
-    Nilai kualitas suara
-    Palpasi apakah terjadi devisiasi trachea
8.      Pemeriksaan diagnostic
-    Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
-    Pemeriksaan RAI
-    Test TSH serum
9.      Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolitseta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
-    Status pernafasan: grekuensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernafasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung
-    Warna kulit, apakah tampak pucat atau sianosis
-    Suhu kulit khususnya daerah akral
-    Keadaan umum/ kesadaran, apakah klien tampak gelisah ata tidak berdaya
-    Berat badan dan tinggi badan
-    Kadar hemoglobin
-    Kelembaban kulit dan teksturnya
-    Porsi makan yang dihabiskan
-    Turgor
-    Jumlah dan jenis cairan peroral yang dikonsumsi
-    Kondisi mukosa mulut
-    Kualitas suara
-    Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi klien dengan orang disekitarnya
-    Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi


II.            Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatn utama yang dijumpai pada klien dengan goiter non toksik antara lain :
1.      Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea
2.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan yang kurang akibat disfagia
3.      Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk leher
4.      Gangguan rasa aman: ansietas yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan pengobatannya, atau persepsi yang salah tentang penyakit yang diderita

III.            Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa keperawatan
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea.
Tujuan:
Selama dalam perawatan, pola nafas klien efektif kembali (sambil menunggu tindakan pembedahan bila diperlukan ) dengan kriteria sebagai berikut :
-    Frekuensi pernafasan 16-20 x/menit dan pola teratur
-    Akral hangat
-    Kulit tidak pucat atau sianosis
-    Keadaan klien tenang/ tidak gelisah

Intervensi Keperawatan
1.      Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan
2.      Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan
3.      Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti dexamethason (untuk mengurangi edema)
4.      Bila dengan koservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif
5.      Bantu aktivitas klien ditempat tidur
6.      Observasi keadaan klien secara teratur
7.      Hindarkan klien dari kondisi-kondisi yang menuntut penggunaan oksigen lebih banyak seperti ketegangan, lingkungan yang panas atau yang yerlalu dingin
Diagnosa Keperawatan:
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat disfagia
Tujuan:
Nutrisi klien dapat terpenuhi kembali dalam waktu 1-2 minggu dengan kriteria sebagai berikut:
-    Berat badan bertambah
-    Hemoglobin: 12-14 gr% (wanita) dan 14-16 gr% (pria)
-    Tekstur kulit baik
Intervensi keperawatan:
1.      Berikan makanan lunak atau cair sesuai kondisi klien
2.      Porsi makanan kecil tetapi sering
3.      Beri makanan tambahan diantara jam makan
4.      Timbang berat badan dua hari sekali
5.      Kolaborasi pemberian ruborantia bila diperlukan
6.      Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelag jam makan
Dioagnosa keperawatan:
Perubahan citra diri yang berhubungan dengan bentuk leher
Tujuan:
Setelah menjalani perawatan, klien memiliki gambaran diri yang positif kembali dengan criteria:
-    Klien menyenangi kembali tubuhnya
-    Klien dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negative penbesaran pada leher
-    Klien dapat melakukan aktivitas fisik dan sosial sehari-hari
Intervensi keperawatan:
1.      Dorong klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tentang bentuk leher yang berubah
2.      Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup
3.      Beri pujian bila klien dapat melakukan upaya-upaya positif untuk meningkatkan penampilan diri
4.      Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat dilakukan seperti tindakan operasi
5.      Jalaskan pula setiap resiko yang perlu diantisipasi dari setiap tindakan yang dapat dilakukan


1 komentar: